Kita melihat sejumlah fenomena dai baru yang tidak mumpuni keimuan agamanya, namun dipaksa menjadi muballigh karena intonasinya atau karena keterkenalannya atau karena keberapi-apiannya atau karena ia mantan penganut atau pemimpin agama lain. Sebut saja Sugik Nur, atau Ustad Bangun Samudra, atau sejumlah ustad lain. Materi-materi yang disampaikannya, alih-alih memberikan edukasi malah memupuk kebencian. Sayangnya, yang demikian juga punya banyak pengikut dan videonya banyak diminati di Youtube.
Bagaimana kita memilih dai yang hendak kita dengarkan? Atau bagaimana seharunya prasyarat menjadi dai? Mari kita ngopi dan berbincang dengan Kiai Muda KH Ma’ruf Khozin, ketua Aswaja Center Jawa Timur.
#LiveStreaming