Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Workshop Moderasi Beragama untuk Dai dan Daiyah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau NAD. Kegiatan itu diselenggarakan di Hotel Ayani, Kota Banda Aceh dan berlangsung pada Jum’at 22 Juli sampai Minggu 24 Juli 2022. Kegiatan itu mengusung tema Penguatan Moderasi Beragama Bagi Dai dan Daiyah Nahdliyin. Program moderasi beragama itu merupakan kerjasama PBNU dengan Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan atau Kemenko PMK yang dilaksanakan oleh Lembaga Dakwah PBNU.
Mengawali kegiatan workshop, Sekretaris PWNU Provinsi NAD, Tengku Asnawi M Amin menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada PBNU yang telah menggelar acara tersebut. Ia menuturkan, program ini menjadi penting, mengingat tidak sedikit masyarakat yang menyudutkan Nahdlatul Ulama di Provinsi NAD melalui narasi dakwah. Tengku Asnawi M Amin berharap melalui workshop moderasi beragama, para Dai dan Daiyah di Aceh dapat memberikan penjelasan dan penetrasi terhadap narasi dakwah yang justru memperburuk citra Islam, terlebih menyudukan syiar dakwah ahlus sunnah wal jamaah an Nadliyah.
Di kesempatan yang sama, Ketua Lembaga Dakwah PBNU Kiai Haji Abdullah Syamsul Arifin atau akrab disapa Gus Aab menyebutkan bahwa tujuan dari Workshop Moderasi Beragama agar para dai dan daiyah NU dapat menyebarluaskan syiar dakwah ahlus sunnah wal jamaah an Nadliyah yang bercirikan tawassuthiyah atau pola pikir moderat, tasamuhiyah atau pola pikir toleran, ishlahiyah atau pola pikir reformatif, tathawwuriyah atau pola pikir dinamis, serta manhajiyah atau pola pikir metodologis. Ia juga berharap agar melalui program workshop Moderasi Beragama ini, para dai dan daiyah juga dapat meluruskan beragam informasi negatif yang kerap menyudutkan Nahdlatul Ulama. Lebih jauh lagi, juga turut meluruskan paham atau cara pandang keagamaan yang menjurus pada tindakan kekerasan.
Sementara itu, mewakili Deputi V Kemenko PMK Bidang Koordinasi Revolusi Mental dan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Dwi Harijanto mengatakan bahwa peran Nahdlatul Ulama sangat strategis tidak hanya dalam konteks keagamaan semata. Tetapi juga dapat membantu masyarakat akar rumput mendapatkan pemahaman keagamaan yang benar serta meluruskan informasi sesat atau kabar bohong. Ia juga berharap agar melalui pemahaman keagamaan yang benar juga dapat memperbaiki mentalitas masyarakat.
Sementara itu, Ketua PBNU Choirul Sholeh Rasyid yang secara simbolik membuka kegiatan tersebut dalam sambutannya menyampaikan bahwa periode PBNU di bawah kepemimpinan Rois Aam Kiai Miftachul Achyar dan Kiai Yahya Cholil Staquf merupakan fase di mana usia NU mendekati satu abad dan bersiap memasuki abad kedua. Atas dasar itu, ia menekankan kepada seluruh dai dan daiyah untuk selalu berkhidmat kepada Nahdlatul Ulama. Ia juga mengingatkan bahwa tugas didirikannya Nahdlatul Ulama adalah untuk menjaga pandangan, pemahaman keagamaan serta sikap keagamaan yang benar sesuai apa yang telah diwariskan oleh para masyayikh dan muassis, pendiri Nahhdlatul Ulama. Ia berharap melalui kegiatan moderasi beragama ini pada dai dan daiyah juga dapat memberikan bimbingan keagamaan kepada masyarakat, sesuai mandat kesejarahan Nahdlatul Ulama.
Sedikitnya, 50 orang dai dan daiyah hadir sebagai peserta yang berasal dari 11 kabupaten kota di lingkungan Provinsi NAD. Kegiatan itu rencananya juga akan dilangsungkan di sejumlah daerah seperti Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.