Sejarah Pendirian

Televisi Nahdlatul Ulama (TVNU) lahir sebagai salah satu langkah strategis Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam menghadapi tantangan era digital dan memenuhi kebutuhan dakwah yang relevan di zaman modern. Berdiri pada tanggal 14 Februari 2016, awalnya media ini dikenal dengan nama 164 Channel. Melalui perjalanan transformasi dan pengembangan yang pesat, 164 Channel kemudian bertransformasi menjadi TVNU sebagai Official Broadcaster PBNU.

Lahirnya 164 Channel berawal dari kegelisahan  Rais ‘Aam PBNU  2015-2020  KH Ma’ruf Amin tentang belum adanya sebuah lembaga yang fokus melakukan pendokumentasian seluruh arsip dan aktifitas NU  dalam bentuk video dan foto. Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN PBNU) Juri Ardiantoro  merespon  cepat kegelisahan Kiai Ma’ruf  tersebut  dengan menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) pada 14 Februari 2016 di Gedung PBNU.

Akhirnya atas inisiasi tiga orang pengurus LTN PBNU, yaitu Juri Ardiantoro (Ketua), Agus Susanto (Bendahara), dan Ayi Fahmi (Wakil Sekretaris), rakernas LTN memutuskan mendirikan 164 channel sebagai Production House yang secara kelembagaan ada di bawah naungan LTN PBNU.

Pada fase awal, 164 Channel dipimpin oleh Ayi Fahmi (hingga saat ini) selaku Direktur didampingi sejumlah tim. Yaitu Asbit Panatagara, Dylan Zain Maulana dan Ali Ramadhan.  Sebagai media penyiaran yang lahir di era digital, TVNU  hadir di berbagai platform daring seperti YouTube, media sosial, dan aplikasi streaming. Hal ini dilakukan untuk menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi digital.

Melalui pendekatan multiplatform ini, TVNU berhasil memperluas jangkauan dakwah dan edukasi ke kalangan yang lebih luas, khususnya generasi milenial dan Gen Z.

Visi dan Misi

Visi

Menyebarkan dakwah Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah an Nahdliyah untuk membangun peradaban umat manusia

Misi

  • Mengembangkan beragam konten digital melalui berbagai program kreatif dan edukatif
  • Menjadi platform media konsolidasi gagasan Nahdlatul Ulama untuk level nasional maupun internasional

Fase Perubahan Nama dan Logo

Seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan media yang lebih masif, perkembangan teknologi dan meningkatnya minat publik terhadap konten-konten video, 164 Channel bertransformasi. Pada 27 Februari 2021/16 Rajab 1442 H, nama 164 Channel secara resmi  berganti menjadi Televisi Nahdlatul Ulama (TVNU) dengan tujuan memperluas jangkauan dakwah serta memperkokoh peran Nahdlatul Ulama dalam dunia media.

Peluncuran TVNU
Puncak harlah ke-98 NU di Masjid Istiqlal, Sabtu (27/2/2021) malam diisi dengan tahlil untuk muasis dan peluncuran TVNU.

Ketua Umum PBNU periode 2015-2020  KH Said Aqil Siroj mengumumkan sekaligus meresmikan perubahan 164 Channel menjadi  TVNU (Television Nahdlatul Ulama) di hadapan Presiden Joko Widodo pada moment peringatan hari lahir ke-98 Nahdlatul Ulamadi Masjid Istiqlal, Jakarta. Presiden Joko Widodo merespon positif  hadirnya TVNU dengan harapan  menjadi media dakwah serta dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi, persatuan, dan perdamaian. Respon positif juga dating dari sejumlah tokoh lain seperti  KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) hingga Noe “Letto”.

Moment tersebut menjadi tonggak sejarah lahirnya TVNU sebagai media resmi PBNU. Perubahan  itu, mencerminkan evolusi kebutuhan umat terhadap media yang berperan dalam menyebarkan nilai-nilai kebangsaan, keislaman, dan kemanusiaan. Dengan semangat ini, TVNU terus berupaya menjadi media yang tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang Islam yang damai, toleran, dan rahmatan lil ‘alamin.

Fase Kepemimpinan Gus Yahya

Di bawah duet kepemimpinan Rais Aam KH Miftahul Ahyar dan  Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, TVNU mendapat amanah lebih besar  untuk menyebarkan  program-program PBNU dengan visi besar “Merawat Jagat, Membangun Peradaban”. TVNU memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyajikan beragam konten Nahdlatul Ulama.

TVNU diharapkan tidak hanya menjadi saluran media, tetapi juga simbol wajah baru Nahdlatul Ulama yang lebih inklusif, global, dan progresif. TVNU menjadi bagian dari strategi besar NU untuk menghadapi tantangan zaman, baik di bidang sosial, agama, maupun politik.

Pada fase inilah, TVNU makin berkembang menjadi media yang berperan penting dalam menyuarakan Islam yang moderat, memperjuangkan kebangsaan, dan merespon tantangan global. Gus Yahya memastikan bahwa TVNU tidak hanya sebagai saluran informasi, tetapi juga menjadi kekuatan yang menyatukan umat dalam semangat rahmatan lil ‘alamin dan membangun masa depan yang lebih damai, adil, dan sejahtera.